Mau Mulai Bisnis Keripik Kentang? Ini yang Harus Kamu Siapkan! - INAGI

Mau Mulai Bisnis Keripik Kentang? Ini yang Harus Kamu Siapkan!

INAGI – Siapa sih yang nggak suka ngemil keripik kentang? Renyah, gurih, dan cocok banget buat teman kerja, nonton, atau sekadar ngisi waktu luang. Nah, dari kebiasaan ngemil inilah banyak orang mulai berpikir, “Kayaknya bisa deh jualan keripik kentang sendiri.”
Dan memang benar bisnis makanan ringan, terutama keripik kentang, termasuk salah satu bisnis yang paling menjanjikan di Indonesia. Tapi tunggu dulu, memulai bisnis ini nggak sesederhana beli kentang, goreng, terus jual, ya!

Banyak yang semangat di awal, tapi menyerah di tengah jalan karena nggak tahu apa aja yang harus disiapkan. Entah karena salah pilih bahan, modal habis di awal, atau rasa produknya nggak konsisten. Jadi, kalau kamu nggak mau mengalami hal serupa, yuk kita bahas bareng-bareng apa saja yang perlu kamu siapkan sebelum memulai bisnis keripik kentang!

1. Riset Pasar: Jangan Asal Goreng, Pahami Dulu Siapa yang Mau Kamu Layani

Langkah pertama dalam memulai bisnis apapun adalah riset pasar. Dalam konteks keripik kentang, riset ini membantu kamu memahami:

  • Siapa target pembelimu (remaja, pekerja kantoran, ibu rumah tangga, atau anak muda pecinta camilan).
  • Rasa dan jenis keripik yang mereka sukai.
  • Harga yang wajar di pasaran.
  • Siapa kompetitor di sekitar kamu.

Menurut data dari Statista (2024), konsumsi camilan ringan di Indonesia meningkat hingga 7,2% per tahun. Artinya, pasarnya besar banget, tapi juga kompetitif.
Kamu bisa mulai dengan survei kecil ke teman-teman, tanya di media sosial, atau observasi toko oleh-oleh dan minimarket terdekat. Catat apa yang sering laku dan apa yang jarang dibeli.

📊 Contoh tabel sederhana hasil riset pasar:

Aspek yang DitelitiHasil TemuanKesimpulan
Rasa paling disukaiBalado & kejuFokus pada dua rasa ini di awal
Harga umum di pasaranRp10.000 – Rp20.000Sesuaikan dengan kualitas & kemasan
Kemasan menarikStanding pouch ziplockLebih disukai karena praktis
Daya tahan produk3–6 bulanGunakan proses pengemasan vakum

2. Bahan Baku Berkualitas: Fondasi Rasa yang Nggak Bisa Ditawar

Kalau ingin keripik kentangmu disukai, kuncinya ada di pemilihan bahan baku.
Gunakan kentang dengan kadar air rendah, seperti kentang jenis granola atau atlantic, yang biasa dipakai untuk industri makanan ringan. Hindari kentang yang mudah lembek atau terlalu basah karena hasil gorengannya kurang renyah.

Menurut ahli pangan dari IPB University, Dr. Yuliana Sari (2023), tekstur keripik yang renyah sangat dipengaruhi oleh kadar air bahan mentah dan proses penggorengan dengan suhu stabil di atas 160°C.
Artinya, kualitas bahan dan teknik produksi harus jalan bareng.

💡 Tips praktis:

  • Cuci kentang dengan air garam untuk mengurangi kadar pati.
  • Iris tipis-tipis dengan ketebalan 1–2 mm supaya matang merata.
  • Gunakan minyak baru, bukan bekas gorengan lain, agar rasa tetap bersih.

BACA JUGA :

3. Alat Produksi: Dari Penggorengan Hingga Mesin Retort

Buat kamu yang baru mulai, cukup gunakan alat sederhana seperti wajan besar, slicer manual, dan spinner peniris minyak. Tapi kalau ingin produksi lebih banyak dan tahan lama, kamu bisa pertimbangkan mesin retort sterilizer.

Kenapa? Karena mesin ini bisa membantu produkmu tahan lebih lama tanpa bahan pengawet. Mesin retort bekerja dengan prinsip pemanasan bertekanan tinggi untuk mensterilkan makanan dalam kemasan tertutup, seperti dijelaskan oleh Inagi (2024), produsen mesin retort Indonesia.
Dengan begitu, keripik kentangmu bisa punya umur simpan 6–12 bulan tanpa kehilangan kerenyahannya.

📈 Perbandingan alat produksi:

Jenis AlatKelebihanKekuranganCocok untuk
Wajan & spinnerMurah dan mudah digunakanKapasitas kecilUMKM baru
Fryer otomatisHemat minyak, suhu stabilPerlu modal lebihProduksi menengah
Mesin retortProduk tahan lama, higienisInvestasi awal besarProduksi besar / ekspor

4. Ciptakan Ciri Khas Produk: “Rasanya Beda” Itu Bukan Cuma Slogan

Pasar keripik kentang itu padat banget. Jadi, kamu perlu sesuatu yang bikin produkmu stand out.
Bisa dari rasa, kemasan, branding, atau bahkan cerita di balik produkmu.

Contoh:

  • “Keripik Kentang Bu Ijah” terkenal karena rasa bawang pedasnya khas rumahan.
  • “PotatoCrush” menonjol dengan kemasan warna kuning cerah dan tagline lucu, “Gurihnya Bikin Gebrak Meja!”

Menurut Philip Kotler, pakar pemasaran dunia, “Diferensiasi yang kuat bukan hanya soal produk, tapi juga persepsi konsumen terhadap nilai yang kamu tawarkan.”
Jadi, jangan cuma jual keripik, tapi jual cerita dan pengalaman rasa.

5. Perizinan dan Legalitas: Jangan Dianggap Remeh

Meski terdengar ribet, perizinan adalah bagian penting agar bisnismu bisa naik level. Kamu butuh:

  • NIB (Nomor Induk Berusaha) – bisa diurus lewat OSS (Online Single Submission).
  • PIRT atau BPOM – untuk izin edar produk makanan.
  • Sertifikat Halal (opsional tapi penting di Indonesia).

Selain menambah kepercayaan konsumen, legalitas ini bikin produkmu bisa masuk ke toko besar, marketplace, bahkan ekspor.

Menurut data Kementerian Koperasi dan UKM (2023), 70% UMKM yang punya izin usaha resmi lebih mudah mendapat akses permodalan dari bank atau lembaga keuangan.

6. Branding dan Strategi Pemasaran: Bangun Hubungan, Bukan Cuma Penjualan

keripik kentang

Sekarang kita hidup di era digital. Jadi, promosi bukan cuma lewat mulut ke mulut, tapi juga lewat media sosial.
Gunakan Instagram, TikTok, dan marketplace untuk membangun awareness. Buat konten yang menarik—bisa berupa video proses pembuatan, testimoni pelanggan, atau cerita perjuangan kamu membangun bisnis ini.

Contoh sederhana:
Alih-alih menulis “Keripik kentang enak dan gurih,” coba tulis,

“Buka kemasannya aja udah wangi! Coba satu, dijamin susah berhenti.”

Itu lebih ngena, kan?

Selain itu, pertimbangkan kolaborasi dengan UMKM lain atau influencer lokal. Branding bukan hanya soal logo dan warna, tapi tentang perasaan yang kamu ciptakan di hati pelanggan.

7. Evaluasi dan Konsistensi: Rahasia Bisnis yang Umurnya Panjang

Setelah semua siap, jangan lupa bagian penting ini: evaluasi rutin.
Lihat respon pasar, hitung keuntungan, dan minta umpan balik dari pelanggan. Kalau ada yang bilang rasanya kurang gurih atau kemasannya gampang robek—terima sebagai masukan berharga.

Menurut penelitian Harvard Business Review (2022), bisnis kecil yang melakukan evaluasi produk tiap tiga bulan memiliki peluang bertahan 40% lebih tinggi dibanding yang tidak.
Jadi, jangan cepat puas. Konsistensi rasa, kualitas, dan pelayanan adalah kunci keberlanjutan.

Kisah Sukses UMKM “KentangKu” dari Malang

Sebut saja “KentangKu,” UMKM dari Malang yang awalnya cuma bermodal Rp2 juta. Mereka mulai dengan menggoreng 3 kg kentang per hari dan menjualnya lewat Instagram.
Pemiliknya fokus pada dua hal: rasa original dan kemasan yang lucu.

Setelah 6 bulan, mereka mulai menggunakan mesin retort mini untuk memperpanjang umur simpan, dan mengurus izin PIRT. Hasilnya? Produk mereka bisa masuk ke toko oleh-oleh besar di Batu dan Surabaya.
Kini omzet bulanannya mencapai Rp15 juta–Rp20 juta.

Sudah Siap Mulai Belum?

Sebelum benar-benar terjun, coba cek daftar kesiapan berikut:

  • Tahu bahan baku dan alat yang dibutuhkan?
  • Punya ide rasa dan branding yang unik?
  • Sudah siapkan legalitas minimal (NIB atau PIRT)?
  • Sudah siap promosi dan evaluasi rutin?

Kalau sebagian besar jawabannya “ya,” berarti kamu sudah siap memulai perjalananmu di dunia bisnis keripik kentang!

Dari Dapur ke Pasar, Semua Bisa Asal Serius

Bisnis keripik kentang memang kelihatannya sederhana, tapi di balik kerenyahannya ada perencanaan matang.
Mulai dari riset pasar, bahan berkualitas, alat produksi, legalitas, hingga branding yang menarik—semuanya penting.
Ingat, sukses nggak datang dalam semalam, tapi dari proses kecil yang dilakukan dengan konsisten.

Jadi, kalau kamu memang punya semangat dan ide rasa yang unik, jangan ragu untuk mulai sekarang. Siapa tahu, keripik kentang buatanmu jadi favorit banyak orang dan menginspirasi bisnis camilan lainnya di masa depan!

Home Shop Cart Account
Shopping Cart (0)

No products in the cart. No products in the cart.